Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh....
Selamat datang ri,
dan silakan masuk ke dunia saya. Terbuka luas hati ini, perasaan saya dan
pikiran untuk mu. Dengan segala atribut ikhlas tulus dan tawakal, semoga...
Awalnya saya hanya akan diam, mengendalikan nafas
untuk tetap teratur dan merenungi apa yang saya rasakan tentang kamu. Namun
diam terasa semakin membekukan saja. Saat ini pun diam dan bernafas dengan
teratur hanya semakin membuat perasaan ini menjadi jelly, agar-agar tapi belum
membatu. Untuk apa yang saya tulis ini, semoga sedikit mencairkan atau bahkan
menjadi air yang sanggup menguap ke udara menjadi awan-awan yang menghiasi
langit hari cerah.
Kali ini saya mengajak kamu bermain-main ke masa
dimana cara ini tidak dilakukan pada generasi mu. Sebuah cara yang klasik, yang
mengutarakan isi hati, menuangkan pikiran yang diliputi perasaan lewat tulisan,
dengan kalimat yang tidak tertata dan beraturan.
Seperti halnya bibir dan lidah yang kelu karena
canggung, nervous... tangan pun saya rasakan demikian. Moga-moga hal itu tidak
terjadi, kalimat demi kalimat yang saya uraikan tidak mengaburkan kabar yang
ingin saya ungkapkan, tidak mengurangi makna yang tersurat maupun tersirat di
dalamnya.
Sekedar memberitahukan, ketika menuliskan semua
ini, dalam benak saya banyak rupa kamu hingga puluhan bahkan tak terhitung
banyaknya, berbaris rapi dengan sorot mata yang tertuju pada saya menghujam
bagaikan gerimis dari langit. Sedangkan saya hanya kerikil yang terseok dan
akhirnya tergelam dalam tetesan air.
ri... apa pun adanya dirimu engkau tetap
INDONESIA-ku....!!! Merdeka!!!
Kata itu yang bergaung di labirin pikiran saya
untuk tetap berjuang untuk memerdekakan hati juga pikiran. Perjuangan yang
untuk dan atas nama cinta sendiri, kekaguman pada seorang ri, yang terbelenggu
oleh pertanyan besar, mungkin, kenapa dan apa bisa, salahkah? Diikuti jutaan
pertanyaan lain yang menggelembuang kian membesar.
Ups... maaf! Saya tidak sedang membicarakan jaman
penjajahan dan pengekangan atas hak kemerdekaan. Bukan kah kita membicarakan
cinta? Hak akan cinta yang merdeka? Cinta yang fitrah dan mendasar?
Hahaha... ini tahun 2012 kang! Sementara orang
jatuh bangun, berjibaku memperjuangkan nasib ditengah himpitan globalisasi,
tekanan ekonomi, deraan politik serta slogan-slogan gombalisasi, hidup makin
keras! “Trus gue mesti bilang wauuuw gitu? “ “double no!”
Inpirations has run
dry... ga ada lagi negosiasi untuk kata
klasik nan unik yang bernama cinta kang! Kita belum mapan, belum berjaya dalam
ideologi, politik, ekonomi sosial dan budaya, tapi bukan berarti kita belum
merdeka lho. Untuk cinta, perasaannya ada ruangnya, punya skala! Dan silakan
memasuki ruang yang sempit dan sesak! Itu, disana.... dalam kotak televisi dan
radio! Ada sinetron dan lagu cinta kan?
Apakah semua manusia sudah jadi beast? Termasuk
kamu ri....??? saya yakin tidak. Walaupun cinta itu buat mu cuma camilan,
panganan ringan dan kamu tetap mengkonsumsinya. Bukan kah camilan itu yang
menjaga kamu dari rasa lapar sebelum tiba waktu makan besar? Mmmmm.... ga ada lagi yang meyakinkan saya
selain anggukan kamu yang merasa setuju.
Buatku memang cintamu seperti agar-agar. Berwarna
dan mengugah selera dengan sederetan komposisi gizi di dalamnya. Tidak
mengenyangkan namun menyenangkan hati
Untuk cinta mu yang seperti agar-agar ijinkan aku
mengucapkan:
“I Love You Full!”
Apapun adanya
dirimu ri.... kau tetap INDONESIA ku.... dengan tidak mencantumkan kata
merdeka!!! Saya merasa sudah berada pada alam kemerdekaan itu dengan mampu
mencurahkan perasaan ini.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh....!
Jadikanlah salam ini pengetuk pintu hati dengan
cinta dan kedamaian.... menguraikan
perasaan keseriusan dengan sedikit gurauan. Semoga....
Karawang 11 Oktober 2012
Untuk ri, riana entah apalagi deretan kata yang
melengkapi nama mu.
Dariku M2M, maman markondang.... sebut saja demikian itu saya.
Dariku M2M, maman markondang.... sebut saja demikian itu saya.